Selasa, 15 September 2009

SEJARAH Singkat Universitas Mulawarman.

Kalimantan Timur dengan luas wilayah sekitar 245.237,80 km2, dengan jumlah penduduk? 2,9 Juta jiwa adalah propinsi yang pertumbuhan ekonominya cukup tinggi bila dibandingkan dengan Propinsi lainnya. Sumber daya alam yang berlimpah memacu daerah ini untuk meningkatkan program pembangunannya guna membentuk potensi Propinsi Kalimantan Timur agar memiliki keunggulan dalam berbagai bidang.

Dalam hal ini, pengelolaan sumber daya alam perlu ditunjang oleh keterampilan sumber daya manusia, sehingga memberikan manfaat yang optimal di dalam pengelolaannya. Apalagi di era globalisasi seperti saat ini, peningkatan kualitas sumber daya manusia mutlak diperlukan. Bertolak dari kebutuhan akan sumber daya manusia yang berkualitas inilah maka perlu adanya Perguruan Tinggi yang besar dan profesional di Kalimantan Timur.

Dalam Profil Universitas Mulawarman (2007:1), berdirinya Universitas Mulawarman merupakan realisasi perjuangan para tokoh dan Pemerintah Daerah Kalimantan Timur yang diawali dengan terbitnya surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Timur; No. 15/PPK/KDH/1962, tanggal 7 Juni 1962, maka berdirilah sebuah Perguruan Tinggi yang berkedudukan di Samarinda dengan nama : Perguruan Tinggi Mulawarman. Untuk mendukung penyelenggaraan program pendidikan, Perguruan ini membentuk sebuah yayasan untuk menopang kebutuhan dana, fasilitas, dan peralatan. Kemudian pada 27 September 1962 ditetapkan sebagai tanggal berdirinya Universitas Mulawarman, berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan No. 130 Tahun 1962 tanggal 28 September 1962, dan dikukuhkan secara resmi berdasarkan surat keputusan Presiden RI No. 65 tanggal 23 April 1963.

Pada awal berdirinya, Universitas Mulawarman menyelenggarakan program pendidikan sebanyak empat Fakultas, yakni : Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan, Fakultas Pertanian, Fakultas Kehutanan, dan Fakultas Pertambangan. Dalam proses penyelenggaraannya, keempat Fakultas tersebut menemui berbagai kendala dan permasalahan, sehingga pada saat itu hanya Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan yang dapat diselenggarakan. Pada tahun 1964 disusul penyelenggaraan proses belajar mengajar dari Fakultas Pertanian. Pada tahun 1966, Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan dipecah menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan Fakultas Ekonomi.

Namun karena berbagai hambatan, pada tahun 1970 terpaksa Fakultas Pertambangan ditutup. Kemudian pada tahun 1978, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Samarinda terintegrasi dengan Universitas Mulawarman, sehingga berdiri Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan disahkan dengan terbitnya Surat Keputusan Dirjen DIKTI No. 181/D/E/1978 tanggal 20 Maret 1978 tentang Pembukaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Dengan demikian, pada tahun 1978 Universitas Mulawarman telah memiliki lima Fakultas sesuai dengan surat Keputusan Presiden RI No. 66 tahun 1982, tertanggal 7 September 1982 yakni : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Pertanian, Fakultas Kehutanan, serta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Dalam perkembangan selanjutnya, Universitas Mulawarman telah membuka Fakultas baru dan program-program yang nantinya akan menjadi cikal bakal Fakultas, yaitu :
1. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
2. Fakultas Hukum pada tahun 2005,
3. Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam (MIPA),
4. UPT. Program Pendidikan Dokter, pada tahun 2001 dan kemudian menjadi Program Studi Kedokteran Umum pada tahun 2004.
5. UPT. Program Teknik Universitas Mulawarman, pada tahun 2004.
6. Program Studi Kesehatan Masyarakat (Kesmas), pada tahun 2005.
7. Program Doktor (S3) Ilmu Kehutanan, pada tahun 2001.
8. Magister Ilmu Kehutanan, pada tahun 2003.
9. Magister Manajemen (S2), pada tahun 1999.
10. Magister Ilmu Administrasi Negara, pada tahun 2003.
11. Magister Ilmu Pendidikan atas kerjasama dengan Unversitas Negeri Jakarta, pada tahun 2000.
12. Magister Pertanian (Tropika Basah), pada tahun 2003.
13. Magister Kesehatan Masyarakat, pada tahun 2001.
14. Magister Ilmu Ekonomi atas kerjasama dengan Universitas Hasanuddin, pada tahun 2000.
15. Magister Program Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Pendidikan Bahasa atas kerjasama dengan Universitas Negeri Surabaya, pada tahun 2003.
16. Magister Ilmu Lingkungan, pada tahun 2004.
17. dan yang terbaru UPT. Farmasi.

Setelah berbagai sumber daya kampus dapat ditingkatkan dari tahun ke tahun, perkembangan kemajuan pembangunan menuntut peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi, salah satu program yang dilaksanakan melalui peningkatan mutu lulusan dan peningkatan jenjang pendidikan. Disamping itu Unmul merupakan salah satu perguruan tinggi yang paling diminati oleh masyarakat di Kaltim, khususnya para siswa SMA sederajat yang akan melanjutkan pendidikan kejenjang perguruan tinggi. Semakin banyaknya peminat masuk ke universitas tentu saja harus dibarengi dengan adanya peningkatan mutu pengajaran, baik dari kelengkapan fasilitas belajar-mengajar maupun kualitas dosen dalam mengajar, sehingga dapat mencetak mahasiswa-mahasiswa yang berkualitas.

Ayoo Unmul……… Dari-mu Untuk Membangun Kaltim.







64 TAHUN MERDEKA, “RAMADHAN UNTUK KORUPSI”

Dalam rangka memperingati Dirgahayu RI ke 64. ± 25 mahasiswa tergabung dalam Bem Seluruh Indonesia, Bem Se-Unmul dan dimotori oleh Bem Unmul melakukan konvoi keliling kota Samarinda. Sabtu 22/8. Hal ini dilakukan untuk mensosialisasikan bahwa Indonesia ini belum merdeka dari pendidikan murah dan lebih parah lagi. Negara ini belum merdeka dari korupsi yang selalu mejadi topik pembicaraan kita. Seiring dengan semangat kemerdekaan 64 tahun, Indonesia telah mendeklarasikan diri “merdeka” sejak 1945. Namun dalam perjalanannya, kemerdekaan ini belum sepenuhnya merdeka dari korupsi dan menjadi penyakit bangsa ini.
Hal serupa pula dipaparkan oleh Wakil presiden BEM Unmul, Miftah Murdho terkait masalah korupsi. “Kami atas nama BEM Seluruh Indonesia akan mengusung isu Korupsi adalah isu sentral dan perjuangan panjang untuk rakyat Indonesia tuntaskan. seperti arah gerakan kami yang termaktub dalam TUGU RAKYAT (Tujuh Gugatan Rakyat) yang di antaranya kami akan konsiten mengawal proses pengesahan UU Tipikor versi masyarakat” tuturnya.
Ia juga menjelaskan, bahwa konvoi dimulai dari gedung Student Center menuju Jalan M. Yamin – Pembangunan – Juanda – Antasari - Gajahmada – Awang long - Banyangkara - Soetomo dan diakhiri dengan aksi orasi di simpang empat Mall Lembuswana berjalan tertib. Orasi kali ini bersifat menghimbau masyarakat Kaltim dan khususnya Samarinda. Untuk mengecam semua hal yang menyangkut korupsi dan mendukung segera disahkannya RUU Pengadilan Tipikor (tindak pidana korupsi) versi masyarakat dan bukan versi pemerintah. “RUU versi pemerintah banyak bernuansa politis dan dapat melemahkan eksistensi KPK sebagai lembaga yang sejauh ini cukup efektif mengawal agenda pemberantasan korupsi dinegeri ini”. Tambahnya.
Disamping itu, karena pada bulan ini bertepatan dengan HUT RI ke 64 dan bersamaan dengan momen Ramadhan, maka ajakan orasi tersebut agar kiranya Ramadhan kali ini menjadi evaluasi bagi semua pihak untuk membersihkan hati dari segala kotoran bernuansa korupsi. Sehingga bisa mengurangi maraknya kasus-kasus korupsi di negeri ini dan sebagai penutup aksi diakhiri dengan pengambilan sikap :
1.    Segera sahkan RUU Tipikor dan RUU pengadilan Tipikor (versi masyarakat dan tolak versi pemerintah)
2.    Selamatkkan Institusi Pemberantas Korupsi (KPK, Kepolisian dan Kejaksaan).
3.    Tuntaskan kasus-kasus dan evaluasi korupsi di Kaltim
Ketiga hal diatas daharapkan dapat menjadi pertimbangan masyarakat maupun pemerintah dalam mengentaskan masalah korupsi dengan cara menguatkan kembali lembaga-lembaga pemberantas korupsi, seperti halnya KPK, Kepolisian dan Kejaksaan. Sehingga dapat menekan, menjerat oknum-oknum yang akan melakukan korupsi.
Hidup Mahasiswa… Hidup Rakyat Indonesia......
Wawan Susilo

LEBIH DEKAT DAN BACALAH

Tingkatkan Budaya Membaca di Lingkungan Kampus.
Buku adalah gudang ilmu dan kuncinya yaitu dengan membaca. Kata pepatah ini menjadi orentasi bagi Universitas Mulawarman dalam memfasilitasi mahasiswa untuk menimba ilmu selain di kelas. Dari alasan itu maka dibangunlah perpustakaan Unmul dan berdiri pada tanggal 27 September 1966 bersamaan dengan berdirinya kampus ini. Taman baca ini menyediakan ± 25.000 judul buku dan 64.000 eksemplar buku berbasis DDC (berdasarkan katalog) dan terdapat pula perpustakaan online 3438 koleksi, jurnal 154, buku 2578, laporan dan penelitian 254, skripsi 444 serta tesis delapan buah. Keseluruhan koleksi ini merupakan bahan bacaan untuk menunjang lebih meningkatnya ilmu dan pengetahuan mahasiswa.
Permasalahan yang kini dihadapi adalah, bagaimana membuat minat membaca para mahasiswa diperpustakaan dapat meningkat. Tidak dapat dipungkiri saat ini minat membaca mengalami penurunan. Saat ditemui tim UKM Jurnalistik Unmul (19/8). Menurut Subiantoro, SE, kepala bagian perpustakaan “tingkat pengunjung terbanyak pada senin dan selasa dalam setiap pekannya”. Ungkapnya. Hal ini dikarenakan beberapa hal. Di antaranya yaitu dengan ada persyaratan akreditasi dan menyatakan bahwa setiap fakultas harus memiliki perpustakaan sendiri, maka perpustakaan ini tidak lagi menjadi pusat suplay buku utama, akan tetapi menjadi main induknya perpustakaan seluruh fakultas. Tambahnya.
Beliau juga menjelaskan bahwa perpustakaan Unmul menyimpan ribuan judul skripsi sejak tahun 1972. Jumlah skripsi yang tersedia berkisar antara 25.000 - 30.000 judul skripsi, dengan asumsi perpustakaan mempunyai kemampuan untuk menyimpan karya civitas akademika yang telah menyelesaikan kuliahnya, dan dijadikan sebagai arsip untuk bisa digunakan kembali guna melayani kebutuhan civitas akademika. Di samping itu fasilitas lain seperti hotspot juga tersedia, sehingga mahasiswa dapat mengakses segala hal demi menambah wawasan melalui internet “kebanyakan pengunjung berasal dari mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.” Paparnya.
Demi menambah eksistensinya di kampus, perpustakaan yang pada mulanya bernama UPT Perpustakaan dan berlokasi di Jalan Flores dengan luas 1000 m2. Kemudian pada tahun 1993 UPT Perpustakaan dipindah ke Jl. Kuaro No.3 dengan gedung baru yang luasnya lima kali lipat dari sebelumnya. Hal ini dilakukan sebagai penggabungan perpustakaan pusat seluruh fakultas di Universitas Mulawarman. “Kami juga telah berlangganan E-Journal Internasional untuk meningkatkan daya saing. Sekitar 70.000 judul topik dari berbagai bidang ilmu dapat ditemui dengan mengakses E-Journal ini. Sayang sekali seandainya akses ini tidak digunakan, karena biaya yang dikeluarkan tidak sedikit, 500 juta rupiah,” ungkapnya.
Saat ini perpustakaan juga sedang merencanakan beberapa agenda untuk peningkatan iklim membaca di kawasan kampus. Harapannya yang bergerak tidak hanya kami, tetapi UKM dan civitas akademika juga turut andil dalam penyuksesan budaya membaca ini. Kami mengajak mahasiswa untuk mengadakan kegiatan di perpustakaan ini. Mahasiswa bisa membentuk kelompok kajian dan membahas isu-isu global di kawasan perpustakaan, seperti mengadakan diskusi, bedah buku atau pemutaran film dokumenter dengan koleksi yang kami punya, kemudian ditarik kesimpulan yang siap didokumentasikan di perpustakaan.
Perpustakaan Unmul juga menyediakan ruang simulasi untuk civitas akademika, yaitu ruang untuk belajar sendiri tentang apa yang ingin dipelajari. Di dalam ruangan tersebut pengguna dapat mempresentasikan secara langsung apa yang ingin ia pelajari, misalnya memutar kaset tarian Dayak dan sebagainya. Namun saat ini belum terwujud karena beberapa penunjang belum tersedia. Kami juga mempunyai wacana dan telah disetujui rektor yaitu menyediakan mobil pintar untuk semua kalangan masyarakat dan dilakukan secara bergantian untuk keliling kota Samarinda. “Tersedia buku-buku bacaan, leaflet, komputer dan apa saja yang dimiliki perpustakaan Universitas Mulawarman dengan berkeliling ke seluruh kota Samarinda” Sambungnya. Ini bertujuan untuk mengenalkan perpustakaan di masyarakat dan mengenalkan siswa baik SD, SLTP maupun SMA sederajat akan buku bacaan tingkat Universitas sebagai sarana antisipasi sebelum memasuki perkuliahannya kelak. Disamping itu hal ini diharapkan sebagai salah satu aspek pendekatan untuk mengenalkan kepada siswa akan pentingnya menuntut ilmu dan sekaligus sebagai eksistensi kampus dimasa mendatang.

Rhyzna_ngel courtesy

PERJALANANKU

Mengunjungi daerah-daerah yang belum pernah ku jamah adalah hobiku, mendaki gunung maupun lintas alam adalah kesibukanku. Ya itulah aku, gadis lembut yang memiliki sejuta angan-angan untuk menjelajahi bumi ini. Zahra, begitulah teman-teman memanggilku. Teman-teman menjuluki diriku sebagai cewek setengah perkasa, padahal kedua orangtuaku memberi nama yang mengagumkan. Tepat 21 tahun lalu aku dilahirkan dengan nama Fatimah Az-Zahra, lamunanku kembali mengenang akan cerita ibunda akan kelahiranku. Lamunanku terbang seakan berada disana saat itu, namun kenangan tinggal kenangan kini aku telah menyelesaikan semua teori kuliah. Aku masih ingat bagaimana masa-masa menjadi mahasiswa baru, tepatnya 2005 lalu penuh dengan kesan dan kagum akan dunia pekuliahan. Hingga saat ini aku masih merindukan masa itu dan kini membuatku lebih mengerti. Mengerti akan makna hidup dan sejuta pengetahuan serta pengalaman telah ku dapatkan dikampus. Tak terasa hampir genap 4 tahun aku dikampus dan kini aku akan mengadakan penelitian demi tugas akhirku yang berada di daerah terpencil Sumatra Utara Indonesia.
Aku lihat jam digital di HP ku waktu menunjukkan pukul 09.00 wita. Emm... pagi yang cerah, embun pagi mulai menyingkir akan hadirnya mentari. Sinar matahari seolah-olah memaksa menerobos embun hingga cahanya sampai kebumi. Sinarnya mencerahkan dan menghidupkan suasana dibumi. Begitu pula yang saat ini terjadi pada diriku, aku sangat senang hingga tak sabar untuk segera turun dari burung besi terbang dan secepatnya menuju daerah observasi penelitianku. Tahap berikutnya adalah menyelesaikan tugas akhirku. Tugas akhir yang akan menambah panjang namaku.
***
Senin 20 juli 2008 sore, tepat pukul 14.00 tibalah aku sampai di tempat tujuan. Perjalanan yang cukup menguras tenaga, menyerupai pematang sawah dan ada sebagiannya berdebu telah kulewati. Hingga tampak dari kejauhan bangunan-bangunan rumah tersusun rapi, mengelilingi danau yang tampak tenang. Langkahku semankin gesit tak kala mata ini melihat pintu gerbang pertanda telah sampai didesa tersebut. Gerbang tersebut menjulang tinggi, perkiraanku mencapai 5 meter dan alangkah terkejutnya aku, ketika kaki ini baru melangkah masuk melewati gerbang tersebut, beberapa pasang mata menatapku tajam. Tak ada satupun keramahan di mata mereka. Melainkan pandangan sinis dan jijik terhadapku. Betapa tidak, pakaian, ransel, jilbab dan barang-barangku sama sekali asing di mata mereka. Mereka seolah-olah benci padaku.
Tak lama kemudian terdengar teriakan seorang bapak tua yang mulai kehilangan warna rambut hitamnya, dalam benakku mungkin orang tua ini adalah kepala suku daerah ini. Dengan mata terbelalak dan sedikit geram orang tua itu berteriak bagaikan halilintar menyambar-nyambar kemuka bumi. “teroris…teroris…” teriaknya padaku. Memang waktu itu sedang heboh-hebohnya berita menayangkan banyaknya aksi-aksi teroris dengan bom yang meledak dimana-mana. Sehingga perasaan was-was selalu berkecamuk di hati masyarakat sekitar. Apalagi jika ada orang tidak dikenal masuk ke daerah mereka. Tapi aku sangat mengecam sebagian masyarakat yang menuduh sembarangan tanpa tahu letak kebenarannya. Aku sama sekali tidak menerima jika umat Islam di tuding menjadi sarang teroris. Sontak orang-orang yang terheran-heran pada ku tadi dengan segera berlari ke arahku. Akupun berlari sekuat tenaga. Tak perduli dengan jalan berkelok-kelok dan berbatu-batu menerpaku. Aku terus berlari seraya menangis memohon perlindungan dari Allah. Sontak tiba-tiba “bruuuukkkk”, aku terjatuh tersandung batu.
“aduh… tumitku sakit dan berdarah…..!” rintihku. Ketika mereka hendak mendekatiku dan ingin mengeroyokiku, tiba-tiba ada seorang bapak tua mencegah kebengisan mereka terhadapku.
“cukup saudara-saudara, gadis ini bukan teroris. Teroris itu laki-laki, bukan perempuan” katanya tanpa merasa bersalah.
Seketika saja rasanya darahku seolah-olah berhenti mengalir. Seperti kilatan petir menyambar sore hari, hatiku perih. Emosiku memuncak. Aku mulai memberontak. Aku coba menjelaskan pada mereka bahwa Islam bukanlah teroris. Itu fitnah. Hanya orang-orang tidak bertanggung jawab yang mengatasnamakan agama Islam melakukan hal itu. Terus dan terus ku yakinkan mereka, namun usaha ku sia-sia. Mereka tidak menghiraukan sedikitpun setiap perkataan dan pembelaan dariku. Sebaliknya, aku di usir oleh warga tersebut. Jika ku tak cepat-cepat angkat kaki dari kampung itu, mereka tak segan-segan lebih bertindak kasar lagi hingga dapat membuat celaka diriku.
Akupun pergi dari kampung tersebut dengan tanda tanya bergejolak di hatiku. “kampung apakah itu?”. Entah dari mana datangnya, aku seperti mendapat petunjuk untuk pergi ke kampung sebelah. Tanpa fikir panjang lagi, akupun pergi ke sana. Mimpikah aku? Ketika aku telah sampai disana, aku dapat merasakan suasana nyaman, tentram, damai. Berbeda sekali dengan kampung yang pertama kudatangi tadi. Kebetulah hari ini hari Jum’at. Sekitar pukul 12.00 siang. Orang-orang terutama laki-laki mulai memadati jalan menuju mesjid setempat. Sangat mudah kutemukan mersjid disini. Berbeda sekali dengan kampung tadi. Tak satupun dapat kutemukan mesjid, namun kebanyakan gereja di sekitarnya. Mungkin itu semua bukanlah salah mereka mengapa membenci islam, terutama saat berita yang menayangkan mengatakan bahwa mereka dari golongan jamaah Islamiyah. Masya Allah.
***
Sekejab saja jalan raya menjadi sepi. Tak ada satupun warga lalu-lalang. para wanita memilih untuk berdiam di dalam rumah. Tak ada aktifitas berarti, karena semua aktifitas warga mulai dari berdagang dan lain-lain di hentikan sementara ketika waktu sholat Jum’at. Hanyalah suara khatib sedang berceramah serta jamaah yang seksama mendengarkan ceramah tersebut. Subhanallah.... Setelah selesai sholat Jum’at, orang-orang keluar dari mesjid. Kemudian melanjutkan aktifitas kembali setelah berhenti sejenak. Setelah ku tunaikan sholat dzuhur di mesjid, aku pun melanjutkan perjalanan dengan menaiki sebuah bus. Ketika ku masuk kedalamnya, semua para penumpang lantas mengucapkan salam kepadaku hampir bersamaan. Kontras akupun kaget dibuatnya. Akupun menjawab salam mereka dengan senyum tulus. Alangkah bahagianya aku saat itu.
Tak lama kemudian terdengar suara seseorang sedang mengaji. Suaranya begitu merdu. Seketika saja penumpang didalam bus diam membisu seolah-olah terhipnotis oleh kemerduan suara tersebut. Semua penumpang merasa tenang dan bahagia. Rasa kagumku semakin bertambah setelah ku tahu bahwa suara merdu mengaji tadi berasal dari mulut sang ‘supir’ sambil mengemudikan busnya.
Subhanallah… suasana seperti ini mirip dengan ‘kota santri’, Fikirku.
Seminggu sudah aku diam di kampung ini. Dengan menumpang rumah salah satu warga di sana tentunya. Bayangkan saja, setiap sholat fardhu mesjid disini tidak pernah sepi. Alangkah indahnyan jika setiap daerah di aIndonesia seperti ini, tentunya negeri ini akan makmur dan tentram serta dapat hidup rukun di tengah-tengah perbedaan di antara kita. Harapku. Apa hendak dikata, aku harus pulang kembali karena waktu tugas ku hampir selesai. Aku bersyukur, karena aku tinggal di kota yang terkenal dengan kereligiusan yang begitu tinggi. Walaupun sebelumnya aku mendapat sok yang luar biasa di kampung sebelah. Orang-orang melepas kepergianku dengan do’a. Duh, baiknya mereka. ‘Semoga kebaikan kalian mendapat balasan dari Yang Maha Kuasa. Amin.’
Waktu penelitianku dalm tingkat rampung dan sesampainya dirumah nanti akan segera kuanalisa dan ku konsultasikan dengan dosen pembimbingku. Selintas hayalanku melayang ketika berada rumah.
***
Aku kembali dengan membawa laporan yang amat memuaskan. Lega rasanya hati ini. Dalam perjalanan pulang, bus yang membawaku dari kampung tadi berhenti. Kami harus berganti dengan bus lain untuk keluar kota. Aku mulai masuk ke dalam bus di ikuti dengan penumpang yang turun bersamaan dengan ku tadi. Hampr setengah jam kami menunggu lamanya bus yang datang untuk berangkat ke tempat tujuanku. Sehingga terlihat di wajah mereka kekesalan yang mendalam akan lamanya menunggu penumpang antri masuk keladam bus. Terlebih lagi ketika mereka harus berdiri karena tempat duduk telah penuh semua. Aku termasuk beruntung. Karena aku telah lebih dulu masuk sehingga terdapat satu kursi kosong di tengah-tengah. Namun rasanya aku iba saat ku melihat seorang ibu sedang hamil berdiri seraya mengelus-elus perutnya yang muali menambah berat bayi yang dibawa didalam perutnya itu. Melihat pemandangan yang seperti itu, akupun lantas mempersilahkan ibu itu untuk duduk di tempatku, sementara aku memilih untuk berdiri. Dia mendesah kelelahan setelah mengucapkan terima kasih padaku. Aku membalasnya dengan senyum.
Mataku mulai memperhatikan orang-orang sekelilingku. Di belakangku, ada beberapa orang sedang tertidur pulas. Tepat di belakangnya lagi, ‘paling pojok’ ku lihat sepasang kekasih sedang kasmaran dan asyik memadu kasih. Perkiraanku mereka baru saja pulang dari sekolah. Hal itu terlihat dari seragam yang di pakai dengan warna putih abu-abu. Waktu sudah menunjukkan pukul 13.00. ‘Masya Allah… tak sengaja mataku melihat mereka bermesraan. “Dasar anak muda zaman sekarang, tidak menempatkan situasi, dan kondis, malah mencari kesempatan dalam kesempitan lagi”. bisikku dalam hati. Apa mereka tidak ada rasa malu lagi ya? Ah, namanya juga cinta. Cinta dapat melupakan segalanya termasuk rasa malu. Karena cinta itu buta. Hem… walaupun tidak semuanya cinta itu buta, pelakunyalah yang membuat cinta itu menjadi buta dan hilang akal sehatnya.
Ku palingkan pandangan ku pada seorang tepat di depan ku. Pemuda menurut pikiranku seorang preman sedang mulai menyalakan api dan menghisap putung rokok yang baru saja di ambil dari kantong bajunya itu. Lantas penumpang didekatnya merasa terganggu dengan asap rokok yang di keluarkannya tanpa merasa bersalah itu.
“uhuk… uhuk…!” aku terbatuk akibat asap rokok itu.
“maaf mas, saya tidak tahan dengan asap rokok mas, bisa di tahan sementara waktu tidak? Karena tempat dan kondisinya tidak memungkinkan mas untuk merokok”. Lanjutku karena aku sangat alergi sekali dengan bau asap rokok yang mengganggu pernapasanku.
“Apa…! Enak saja kau larang-larang aku, hah…! Apa hak kamu…!”. Aku tersentak kaget. Dia begitu cepat emosi. Para penumpang lain mulai mengarahkan pandangan kearah kami. Sepertinya situasi mulai menegang.
Seorang pemuda lain bertindak cepat. Dia membela ku.
“Tolong mas, tolong… asap rokok mas amat mengganggu penumpang disini”. Katanya mencoba sedikit tenang.
“cuih…! Persetan dengan orang banyak. Awas kau ya!” Dia meludah sembari mengumpat. Di buangnya asap rokoknya ke lantai dan ia injak sekeras-kerasnya dengan kakinya. Kemudian hendak berkelahi dengan pemuda yang membelaku tadi. Sontak di dalam bus pun terjadi keributan. Untung saja hal menegangkan itu tidak berlangsung lama.
Ciiiiiiiiitttttthh! Bus berhenti mendadak. Lantas kemudian terdengar suara teriakan.........
BERSAMBUNG.


MARIA ULFAH

MANDIRI DENGAN ENTREPRENEURSHIP

Hasil survey Susenas dan BPS tahun 2006 lalu, angka pengangguran berada pada kisaran 10,8% sampai dengan 11% dari tenaga kerja yang masuk kategori sebagai pengangguran terbuka. Bahkan lulusan perguruan tinggi pada 2008 berkiasar 1,1 juta lebih dan salah satu penyebabnya adalah sarjana setelah lulus kuliah hanya ingin bekerja sebagai pegawai atau karyawan di salah satu instansi. Hal ini menjadi permasalahan yang dihadapi negara kita. Mengapa? Karena fakta menunjukkan bahwa sebagian besar lulusan PT adalah pencari kerja dan bukan pencipta lapangan kerja. Indikasinya adalah banyaknya lulusan yang walaupun pengetahuannya tinggi tetapi kurang mampu mensejahterakan diri dan lingkungannya. Oleh karena itu, pendidikan tinggi di Indonesia perlu lebih menyiapkan lulusannya menjadi sarjana yang tidak hanya memiliki kapasitas akademik akan tetapi juga mandiri, kreatif dan mampu memberdayakan sains dan teknologi serta seni yang telah dipelajari.
Hal tersebut juga dipaparkan oleh Drs. P.S. Siburian, M.Agr selaku koordinator dosen kewirausahaan Unmul “saat ini banyak mahasiswa telah lulus kuliah khususnya dari kampus kita Unmul, lebih banyak disibukkan untuk melamar kerja dan suka bekerja dengan orang lain, seperti perusahaan atau jadi pegawai dll. Padahal menurut saya mereka itu mampu membuka peluang kerja untuk mensejahterakan dirinya dan lingkungan sekitar” ungkapnya.
Tidak hanya itu, selain membentuk budaya yang mandiri bagi mahasiswa, ternyata berbagi upaya telah dilakukan oleh Universitas Mulawarman dalam mengembangkan potensi mahasiswa melalui berbagi program. Beberapa program tersebut antara lain PKM (Program Kreatifitas Mahasiswa), Coopperative Education (co-op) dan kuliah kewirausahaan. Program-program tersebut nampaknya masih terbatas pada pengembangan ide kreatif atau daya inovasi mahasiswa, sedangkan implementasinya masih sangat terbatas, sehingga aktifitas kewirausahaan secara nyata masih rendah. Sebagai tindak lanjut dari hal tersebut, maka pihak Universitas Mulawarman meluncurkan program Wirausaha Mahasiswa (Student Entrepreneur Program). Dengan program ini, ide-ide kreatif mahasiswa yang telah dikaji dan diuji melalui program kewirausahaan sebelumnya dapat diimplementasikan menjadi sebuah bisnis nyata yang mampu membuka lapangan kerja dan mensejahterakan dirinya maupun lingkungannya, sehingga mampu mewujudkan kemandirian bangsa.
Tentu saja program kewirausahaan yang telah dicetuskan oleh universitas mendapat apresiasi dan sambutan dari mahasiswa. Hal ini diungkapkan oleh salah satu peserta pelatihan kewirausahaan, Mahdiansyah “Sebuah acara yang bagus untuk menumbuhkan jiwa pekerja keras yang berorientasi pada kewirausahaan. Acara ini akan lebih baik jika dibarengi pengawasan yang sifatnya membimbing dalam pelaksanaan usaha yang akan dijalankan. Semoga ini akan menjadikan titik tolak kebangkitan bangsa kita, sehingga tidak lagi dicap sebagai bangsa bermental buruh” ungkap mahasiswa FKIP Bahasa Inggris angkatan 2004 ini.
Konsep dari kegiatan ini yaitu memberikan pinjaman modal kerja baik secara individu maupun kelompok. Dana yang dipinjamkan merupakan dana bergulir dan tanpa bunga. Pinjaman ini wajib dikembalikan setelah masa tenggang tiga bulan terhitung mulai tanggal pencairan pinjaman. Namun pinjaman ini tidak serta merta diberi secara cuma-cuma, para peminjam diharuskan mengikuti pelatihan kewirausahaan yang diselenggarakan selama dua hari yaitu tertanggal 24-25 juli 2009. Disini peserta diberi materi dan pemahaman bagaimana berwirausaha, mulai dari nol hingga mengenal proses dan tahap-tahap dalam memulai pengelolaan keuntungan serta bagaimana memperoleh keuntungan di usaha tersebut. Tidak hanya itu, diakhir pelatihan peserta dibagi atas beberapa kelompok dan kemudian masing-masing kelompok merumuskan jenis usaha dalam bentuk proposal secara singkat dan jelas.
Untuk melanjutkan tahap seleksi kewirausahaan maka pihak panitia memberi tes terakhir yaitu peserta harus mempersentasikan jenis usaha di depan lima dosen penguji, hal ini dilakukan untuk kelayakan jenis usaha peserta. Uji tersebut dilaksanakan pada tanggal 3 – 4 agustus 2009 lalu dan terdaftar 34 kelompok dari 53 mahasiswa. Setelah dilakukan seleksi kemudian terjaring 22 kelompok dari 42 mahasiswa.
Salah satu mahasiswa FISIP Abdulwaris dengan kelompok 28 jenis usaha distribusi ikan asin. Ia dan teman-teman mendapat kesempatan menerima modal usaha dari Universitas. “saya sangat senang bisa ikut terseleksi dalam program mahasiswa ini, karena memfasilitasi saya untuk mengembangkan bisnis dan saya menyambut baik program ini” tuturnya.
Entrepreneurship mencetak pola pikir mahasiswa untuk dapat berusaha agar lebih mandiri demi masa depan yang tidak selalu bekerja dengan orang lain, seorang entrepreneur yaitu orang yang berani mengambil resiko dengan segala keuntungan dan kerugian yang akan didapatkan. Entrepreneur merubah penghalang menjadi peluang. Hidup ENTREPRENEURSHIP.
MAJU Kampusku, MANDIRI Negeriku.

Ketua UKM Jurnalistik
Wawan Susilo

Metamorfosa dari Siswa ke Mahasiswa

Metamorfosa adalah satu kata yang lazim kita dengar bila ada seekor ulat yang mengalami tahap perubahan menjadi kupu-kupu kupu-kupu ketika dia bermula dari seekor ulat dan dianggap menjijikan. Akan tetapi ketika dia berhasil berubah menjadi kupu-kupu nan cantik dan indah dipandang maka semua orang akan memujinya. Lalu bagaimana dengan manusia seperti kita? Ulat saja bisa menjadi lebih indah dilihat ketika bermetamorfosa, apalagi kita sebagai manusia dideklarasikan oleh Sang Pencipta sebagai makhluk paling sempurna, walupun sesungguhnya kemampuan kita terbatas. Kita perlu percaya dan meyakinkan diri, kalau ulat bisa berubah menjadi kupu-kupu, maka kita pun bisa melakukan transformasi diri dengan hebat yaitu menjadi insan terbaik.
Bermetamorfosa dimaksudkan disini bukan dalam bentuk fisik, seperti halnya pada ulat. Ketika menjadi seekor kupu-kupu dengan melalui proses berdiam diri di dalam sebuah kepompong, akan tetapi kita sebagai manusia bermetamorfosa dalam hal akhlak dan pemikiran. Begitu pula yang akan terjadi pada mantan siswa dan kemudian terdaftar menjadi mahasiswa, karena di dunia kampus ini diharapkan mahasiswa menjadi bagian tak terpisahkan dari kalangan intelektual sehingga nantinya bisa menjadi panutan bagi masyarakat.
Kalangan intelektual (mahasiswa) berbeda dengan dunia siswa, jika dahulu saat kita duduk dibangku sekolah tangan kita lebih kreatif untuk menulis dan mendengarkan guru menyampaikan materi. Namun disini, jati diri mahasiswa dituntut untuk lebih mandiri tidak seperti halnya menjadi siswa. Hal ini terlihat mulai dari kepribadian mahasiswa sampai sistem pengajarannya sangatlah berbeda. Kalau sebelumnya (SLTA) siswa harus berseragam, menerima “ceramah” guru (pendengar setia), dan sebagainya. Maka dengan mereka kuliah, kebiasaan layaknya anak SMA tidak akan mereka temukan lagi. Ketika berseragam putih abu-abu, sifat siswa masih seperti anak-anak yang dibutakan oleh ‘racun’ modernisme dan hedonisme dari sebuah teori yang sengaja diajarkan oleh fenomena harian dibangku sekolah mereka. Sedangkan mahasiswa bukan anak-anak lagi, mereka mau tidak mau harus berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar dosen. Mahasiswa dituntut tidak hanya mengandalkan apa kata dosen. Mereka juga dituntut untuk bisa seperti dosennya, membuat makalah dan mempresentasikannya. Dosen hanya memandu jalannya pembelajaran. Selain itu sistem penilaian dunia kampus lebih termanage, yaitu dengan sistem kredit semester (SKS). Dengan ber-metamorfosa di dunia kampus ini, kita berubah menjadi dewasa dengan proses I’tikaf (berdiam) dalam kandungan waktu sampai menemukan jati diri (makna hidup yang sebenarnya).
Banyak mahasiswa yang merasa dirinya tidak bisa berubah, kebiasaan “nakalnya” serta sikap boros dan tidak produktif sukar dihilangkan ketika di sekolah. Tapi sadarilah kawan, jika kita tetap melakukan hal-hal lama dan sama seperti dulu, maka kita ini seperti ulat yang menjadi ulat terus-menerus dan tidak akan berubah secantik kupu-kupu.
Marilah memetamorfosa dari siswa menuju mahasiswa baru. Mahasiswa baru yang dapat menancapkan pemikiran intelektual pada posisi dan akankah membuat kehidupan kita jauh lebih baik dari sebelumnya. Kampus ini adalah tantangan baru, pikiran baru dan tingkahlaku lebih baik untuk masa depan kita.
Kita harus bermetamorfosa untuk lebih baik.

Jumansyah Hamid